Saya lahir di keluarga sederhana, dari dua orang tua yang terkasih. Tumbuh besar di rumah kecil di sudut kampung Kanang, desa Batetangnga.
Seperti anak taman kanak-kanak pada umumnya, saya termasuk nakal dan sering jail ke teman yang lain pada saat masih belajar mengeja di TK Raudhatul Atfal Kanang. Masuk SMP, tepatnya di MTs DDI Kanang, saya sudah mulai mengenal cinta monyet, bahkan sudah mulai tahu merangsang lawan jenis, cukup liar sejak dini memang. Masa itu juga lingkungan bermain mulai mengenalkan pada dunia minuman keras tradisional mau pun klas menengah seperti anggur OT dan sekawanannya, tentu ala anak-anak desa.
Lanjut ke SMAN 3 Polewali, otak yang mulai berkembang ternyata tidak berjalan berdampingan dengan harapan hidup yang lebih baik dan bijak, walau pun itu harapan orang tua tentunya. Macam-macam pertemanan mulai saya jalin, lingkar tongkrongan mulai saya masuki, terlebih saat SMA saya jauh dari rumah (dalam artian pengawasan orang tua) dan harus ngekos.
Masa itu dan dengan liarnya berkawan juga lah kemudian membawa saya mengenal tongkrongan baru. Di situ saya mengenal banyak tokoh, ada Marx si keras kepala, ada Engels si parlente yang baik hati, selanjutnya Lenin yang penuh ambisi serta Trotsky yang cerdas, dan masih banyak lagi.
Saya kemudian menamatkan sekolah di SMAN 3 Polewali dengan hilir mudik masuk ruang BK dan tentu negosiasi yang kiranya a lot tapi ternyata anteng karena sogokan buah durian dan langsat, maklum di kanang banyak.
Saya kemudian lanjut kuliah di STAIN Parepare (kini IAIN Parepare), di parepare saya membentuk kelompok diskusi yang giat menyebar selebaran anti senioritas, yang karena itu saya kemudian menjadi bulan-bulanan senior pada akhirnya. Kelompok diskusi itu kemudian menjelama menjadi organisasi mahasiswa yang pertama kali membawa dan memperkenalkan wacana kiri di parepare.
Tidak lama di Parepare, saya pindah ke Jogja, nyatanya Jogja hanya persinggahan, diri dan nasib kemudian saya bawa jauh ke ibu kota yang katanya kejam. Jakarta menyambut dengan wajah kusam tentunya, langit pagi Utan Kayu menyapa saya yang masih lugu, seolah tersirat kata, hmm… korban berikutnya.
Saat mahasiswa dan setelah kurang lebih 5 tahun di Jakarta dan akhirnya Kembali lagi ke Parepare, saya aktif diberbagai lingkar Gerakan rakyat. Ada banyak pengalaman dan tentu cakrawala pengetahuan mulai menggeliat mesrah, tentu kesarjanaan yang dinanti-nanti orang tua harus ditunda sampai saat ini sebagai korbannya.
Setelah melalui banyak proses dialektika yang tentu membangun dan memajukan dalam Gerakan rakyat, saya Kembali ke polman setelah dihantam habis-habisan oleh demoralisasi. Saya kemudian bertemu kawan baru dan tentu tongkrongan baru. Saat ini saya aktif di Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi, dan menjabat sebagai sekretaris wilayah LMND EW Sulawesi Barat untuk periode 2021-2023.
Gimana singkatkan ?

2 Komentar
Singkat sekaki
BalasHapusCapek menulis hehehe
Hapus